Selamat Datang di Sistem Informasi Penerbitan (SiPena)
 

Alih Aksara Fragmen Wawacan Danumaya “Sebuah Kisah Hagiografi”

Mohon maaf, tidak tersedia file e-book
Judul : Alih Aksara Fragmen Wawacan Danumaya “Sebuah Kisah Hagiografi”
Penulis : Gunari Putra Erisman
Penerbit : Perpusnas Press
ISBN : 978-623-313-625-9
e-ISBN : 978-623-313-626-6 (PDF)
Halaman : 76
Tahun Terbit : 2023
Penyunting :
Tata Letak :
Desain Cover :
Abstrak : Buku Alih Aksara Fragmen Wawacan Danumaya “Sebuah Kisah Hagiografi” adalah sebuah buku yang berisi alih aksara (transliterasi) sebuah naskah popular yang memiliki judul umum Wawacan Danumaya. Wawacan Danumaya ini ditulis menggunakan aksara Pegon, berbahasa Sunda dengan sedikit serapan bahasa Melayu. Teks digubah dalam bentuk wawacan; puisi tradisional Sunda yang ditulis berdasarkan pola metrum pupuh. Pupuh yang digunakan dalam naskah ini adalah pupuh Asmarandana sebanyak 3 pupuh (81 pada/bait), Dangdanggula sebanyak 2 pupuh (17 pada/bait), Pangkur sebanyak 1 pupuh (14 pada/bait), Durma sebanyak 1 pupuh (7 pada/bait), Sinom sebanyak 2 pupuh (34 pada/bait), Kinanti sebanyak 2 pupuh (37 pada/bait), Magatruk sebanyak 1 pupuh (12 pada/bait), dan pupuh Mijil sebanyak 1 pupuh (5 pada/bait). Naskah ini adalah naskah milik Hj. Kurniasih warga Desa Sirnabaya, Kecamatan Rajadesa Kabupten Ciamis. Naskah ini menceritakan tentang seorang tokoh suci bernama Danumaya. Danumaya dikisahkan sebagai seorang putra mahkota dari seorang raja yang bernama Panji Subrata. Panji Subrata memerintah di sebuah negara/kerajaan yang bernama Gilang Kancana. Danumaya mendapat titah dari ayahnya untuk menemui Aki dan Nini Sari yang berada di Karang Layung, negara Keling. Selama dalam perjalanan dari negri Gilang Kancana menuju Negara Keling, Danumaya mengalami berbagai peristiwa. Ia menyelamatkan seorang putri yang sedang diculik oleh seekor burung garuda. Putri tersebut bernama Erum Ningrat. Danumaya berhasil menyelamatkan putri dan mengalahkan burung garuda tersebut. Setelah itu, timbullah rasa saling menyukai antara Danumaya dengan putri. Namun kisah mereka tidak berlanjut, dikarenakan Danumaya harus melanjutkan perjalanan ke Negara Keling. Danumaya menitipkan sebuah cincin yang berisi dua ratu jin kepada Erum Ningrat dan berjanji akan kembali menemuinya setelah menyelesaikan titah ayahnya. Sesampainya di desa Karang Layung Negara Keling, Danumaya bertemu dengan Aki dan Nini Sari. Mereka adalah dua orang tua yang telah mengasuh ayah Danumaya sejak kecil sampai dewasa. Beberapa hari tinggal di Negara Keling, lalu Danumaya dipertemukan dan dijodohkan dengan seorang putri yang bernama Déwi Sinta Radén Ayu yang merupakan seorang putri dari Kerajaan Kelin